Spiga

بسم الله الرحمن الرحيم "ولا تحسبن الذين قتلو في سبيل الله أموات بل أحياء عند ربهم يرزقون فرحين بما آتاهم الله من فضله ويسثبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم ألا خوف عليهم ولاهم يحزنون".النصر والتمكين للمؤمنين آمين

Referensi

Baniah Gadang Indak Di Panyiangan – Benih Tumbuh Tidak Di Penyiangan

Pagi menjelang dhuha waktu Jogja setempat, sudah beberapa bulan di Jogja ada banyak cerita, ide dan gagasan didapat di sini. mulai, ide bisnis masa depan #ehm… dan ide makan malam dimana [berburu kuliner Jogja], tapi selalu yang dicari bukan gudeg atau angkringan tapi rumah makan padang mana yang belum di coba.. hehehe..

Jalan-jalan pagi -bahasa kerennya joging- di persawahan di Kota jogja Teringat filosofi minang, “Karatau madang di hulu – babuah babungo balun. Marantau anak bujang dahulu di rumah paguno balun”. Berfikir sejenak, apa saya ini di usir secara halus dari Kampung halaman saya? kesannya sebagai anak muda Minang boleh pulang kalo ketika sudah berguna -saja- bagi kampung, atau ini sebuah kalimat pelecut semangat untuk seorang perantau membuktikan kalau dia pulang berarti mendapatkan status “berguna/ bermanfaat” sedangkan kalau dia tidak pulang-pulang berarti belum perguna bahakan tidak berguna? miris sekali nasib perantau ini jika seperti itu. Hehe..!

Hmm.! Sebenarnya saya lebih suka dengan kalimat ini untuk para perantau, “baniah gadang indak di panyiangan – Benih besar tidak di penyiangan”. jika melihat analogi dari kalimat tersebut tentunya ini lebih bisa dan lebi100% mengandung kalimat motivasi menurut saya [takut di bilang sok tau]. Sebutir benih padi cukup sebentar saja di penyiangan selanjutnya setelah itu untuk bertumbuh menjadi lebih besar dan menghasilkan butir-butir padi yang bagus si benih harus di pindahkan ke lingkungan yg lebih besar tidak lagi di penyiangan.

Begitu pulalah perantau Minang seharusnya, setelah dia diberi bekal-bekal dasar untuk merantau di kampung halaman dia harus tumbuh besar di lingkungan yang lebih besar lagi di perantauan dan menjadi orang yang bermanfaat di sana. Layaknya benih yang sudah tumbuh menjadi padi tadi, semakin berisi semakin menunduk dan setelah cukup untuk dipanen dia memberikan manfaat dimanapun diaberada dan sebagain dari padi yang di panen kembali lagi ke kampung halaman [ red: penyiangan] sebagai benih-benih baru yang akan menjadi padi kembali untuk dipersiapkan meninggalkan penyiangan. Hal ini bisa juga kita pahami sebagai kaderisasi SDM Minang itu sendiri.

Ada yang bisa pulang ada yang harus pulang. Hatta, Tan Malaka dan kawan-kawan mungkin tidak pulang kampung seperti AA Navis tapi sama-sama memberikan manfaat dimanapun dia berada. Dan masyarakat adat minang sampai sekarang selalu menggadang-gadangkan ketika banyak kader-kader pemikir Minang bermanfaat bagi bangsa bahkan dunia Internasional. Ketika Filosofi minang –“baniah gadang indak di panyiangan – Benih besar tidak di penyiangan” lebih di kedepankan dari pada “Karatau madang di hulu – babuah babungo balun. Marantau anak bujang dahulu di rumah paguno balun”, rasanya seperti sebuah motivasi membangun peradaban dunia [mudah-mudahan tidak dibilang lebay]. Semoga saja, minimal dunia masing-masing :D jika belum bisa dunia dalam artian Dunia INternasional.

Wajah Itu

Ingin segera kembali kekampung.
Banyak terasa yang memanggil-manggil pulang.
Samar namun nyata. Sayup namun begitu kentara.
Terkilas gambaran beberapa wajah. Seraya berpesan “bawalah sesuatu”.
Aku tahu, mereka tidak menginginkan debu.
Tidak juga air yang membanjiri kota Jakarta.
Seperti kemarin, mungkin juga esok.

dikutip dari: hasdi putra

UNDP Response for West Sumatera Earthquake


There is an opportunity now to support people living in West Sumatra to rebuild their homes and communities with safety as the top priority. Following two devastating earthquakes, officials, village leaders, mothers, fathers, nurses, teachers—people from all walks of life—are examining how to reduce the impact of disasters on their lives.
Restoring and boosting the capacity of local and regional government is critical, not only because they are responsible for managing the massive recovery effort now, but also because they ensure building and zoning rules are followed. Local government can also reach out systematically to communities so that they get the information and resources they need to build back better. UNDP is focused on providing knowledge, expertise and essential equipment to assist local and regional government in meeting these challenges.

Terima Kasih Minang

Mana Duluan, Ayam atau Telur? Ini Jawabnya!

Para ilmuwan berhasil menjawab salah satu tebak-tebakan tertua di dunia, mana yang lebih dulu, ayam, atau telur?

Melalui komputer super, tim dari Universitas Sheffield dan Warwick, Inggris menemukan jawabannya. Apakah itu? Ayam.

Kepada laman Harian The Sun, ketua tim peneliti menjelaskan bagaimana mereka berhasil memecahkan teka-teki tersebut.

"Apa yang kami temukan adalah 'kecelakaan' yang menyenangkan. Awalnya, tujuan penelitian kami adalah menemukan bagaimana binatang membuat cangkang telur."

Menurutnya, selama ini, masyarakat telah menganggap remeh ayam. Kami tidak menyadari proses luar biasa yang ditunjukan para ayam dalam proses pembuatan telur.

"Sadarkah Anda, ketika memecahkan kulit telur rebus di pagi hari, Anda sedang menyaksikan salah satu material luar biasa di dunia."

Cangkang telur memiliki kekuatan sangat luar biasa, meski beratnya sangat ringan. Manusia tak bisa membuat benda seperti itu, bahkan yang mendekatinya.

"Masalahnya, kita tak tahu bagaimana ayam membuat cangkangnya."

Tim peneliti lalu menggunakan komputer super milik Dewan Riset Sains Inggris (UK Science Research Council) yang berbasis di Edinburgh. Komputer itu dinamakan HECToR (High End Computing Terascale Resource).

"Kami ingin menelusuri bagaimana telur terbentuk, dengan melihat proses detail telur secara mikroskopis."

Yang pertama dicari adalah, mengetahui 'resep' yang digunakan ayam untuk membuat cangkang telur.

"Dengan bantuan komputer canggih, Kami memecahkan masalah ini selama berminggu-minggu. Sementara, ayam bisa menyusun cangkang itu hanya dalam semalam."

Lucunya, pemilihan cangkang telur ayam sebagai fokus penelitian benar-benar tak disengaja. Para peneliti memilih telur ayam karena proteinnya sederhana untuk ditelaah.

Namun hasilnya ternyata sangat mengejutkan. "Kami memecahkan teka-teki sepanjang masa. Ini mengagumkan."

Hasilnya, ditemukan protein khusus yang ada di tubuh ayam. Protein itu adalah adalah 'tukang bangunan' tanpa lelah, menyusun bagian-bagian cangkang mikroskopis membentuk cangkang telur.

Protein itu menginisiasi proses pembentukan cangkang sebelum menyusun bagian telur yang lain.

Tanpa protein pembangun tersebut, telur tak mungkin terbentuk. Dan, protein itu hanya ditemukan di rahim ayam. "Itu berati ayam ada duluan sebelum telur."

Tapi, dari mana ayam berasal?

Beberapa teori mengatakan, nenek moyang ayam menciptakan telur zaman Dinosaurus.

"Penemuan kami sangat potensial. Sebab, cangkang telur dibentuk dari banyak kristal kecil. Kita bisa menggunakan informasi ini untuk mengetahui cara membuat dan menghancurkan struktur kristal lainnya."

Sebagai contoh, untuk menghilangkan kerak di ceret maupun pipa. Penelitian ini juga berimplikasi medis.

"Karena tubuh kita menggunakan metode yang sama untuk membuat gigi dan tulang, kita bisa belajar lebih banyak tentang bagaimana membangun kembali tulang manusia." (adi)